Thursday, June 16, 2016

Sanitasi Untuk Semua

Sanitasi sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Apa itu sanitasi? Pengelolaan sampah, air minum, air limbah, dan drainase, itu semua adalah sanitasi. Sanitasi yang baik dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dari aspek kesehatan, produktivitas, ekonomi, pendidikan, dan berbagai aspek lainnya. Secara umum, masih banyak masyarakat yang belum paham akan pentingnya sanitasi di lingkungan mereka sendiri. Dalam rangka mencapai target Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, diperlukan partisipasi masyarakat dan upaya yang keras dari pemerintah Indonesia.

Mau tau lebih banyak seputar sanitasi?? Check this out!!!

Salam Sanitasi untuk Semua!!

Review: Infrastruktur Sanitasi di Kecamatan Tabanan

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Bali dengan  pertumbuhan ekonomi cukup pesat. Perekonomian Kabupaten Tabanan ditopang oleh 3 (tiga) sektor utama yang memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi wilayah, yaitu: sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran. Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan pada Tahun 2014 adalah 433.300 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,06 dan komposisi laki-laki 49,64% sedangkan perempuan 50,36% (Kabupaten Tabanan Dalam Angka, 2015). 

Peta Pelayanan Sektor Air Limbah di Kabupaten Tabanan

Pengolahan limbah rumah tangga untuk black water (tinja urine, air penggelontor) di Kabupaten Tabanan umumnya diolah dengan system on site dalam hal ini menggunakan septic tank.  Berdasarkan data Profil Kesehatan Tabanan 2008 terdapat 82.317 unit jamban keluarga atau sudah mencapai 74,3 % dari total KK di Kabupaten Tabanan. Dari sisi kualitas, septictank yang ada masih belum memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI) atau pun petunjuk teknis yang ada.  Sedangkan grey water (limbah cuci dan mandi serta dapur) biasanya tanpa pengolahan dan cenderung langsung dibuang ke sungai ataupun saluran drainase. Dari 32,136 rumah yang diperiksa hanya 54.32% yang memiliki pengolahan limbah dan 93.64% berkondisi sehat. Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tabanan, Kecamatan Tabanan memiliki dua desa kumuh perkotaan, yakni Desa Dauh Peken dan Desa Delod Peken. Selain memiliki jumlah penduduk yang tinggi, Desa Dauh Peken dan Delod Peken termasuk desa dengan kondisi sanitasi beresiko tinggi. Indikator kondisi sanitasi resiko tinggi diantaranya kepadatan penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana sanitasi, serta prilaku masyarakat.   sehingga pada makalah ini, pembahasan akan difokuskan pada kedua desa tersebut. 


IPAL Sanimas di Banjar Tunggal Sari, Desa Dauh Peken
Desa Dauh Peken dan Desa Delod Peken merupakan desa kumuh perkotaan yang terletak di Kecamatan Tabanan dengan luas wilayah masing-masing 4,49 m2 dan 4,48 km2 Berdasarkan data Kecamatan Tabanan Dalam Angka Tahun 2015, jumlah penduduk Desa Dauh Peken adalah 11.742 jiwa (3.336 KK), sedangkan Desa Delod Peken memiliki jumlah penduduk sebesar 10.363 jiwa (3.106 KK). Desa Dauh Peken dan Delod Peken termasuk ke dalam desa dengan kondisi sanitasi beresiko tinggi. Salah satu hal yang mempengaruhi hal tersebut adalah ketersediaan prasarana dan sarana sanitasi di wilayah desa, meliputi jamban sehat, sistem penyaluran air limbah (SPAL), septic tank, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Komunal, serta instalasi engolahan lumpur tinja (IPLT). Selain itu, kondisi sanitasi beresiko tinggi juga disebabkan oleh rendahnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS) yang terjadi di Desa Delod Peken dan Dauh Peken.

Artikel lengkap dapat didownload pada link berikut Review: Infrastruktur Sanitasi di Kecamatan Tabanan

Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) Bali: Aspek Keruangan dan Ekologi

Berdasarkan data statistik wisatawan tahun 2014, kedatangan wisatawan mancanegara ke Pulau Bali mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Peningkatan kunjungan terbesar wisatawan mancanegara ke Pulau Bali terjadi pada tahun 2014, yakni mencapai 14,89% dari tahun sebelumnya.  Untuk menunjang sektor pariwisata, Kota Denpasar memiliki 29 unit hotel berbintang dan 257 unit akomodasi lainnya. Kota Denpasar merupakan destinasi wisata internasional yang memiliki beberapa objek wisata, berupa pantai, lokasi peninggalan sejarah, pasar seni tradisional, dan taman kota. Seiring peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, maka perlu diikuti dengan pemeliharaan lingkungan untuk menjaga kenyamanan wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan kualitas lingkungan menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. 
Peta Cakupan Pelayanan Sektor Air Limbah di Kota Denpasar


Berdasarkan data dari Pokja Sanitasi Kota Denpasar (2013), sebesar 62% air limbah domestik dibuang secara langsung oleh masyarakat ke saluran drainase, 26% ditampung di dalam tanki septik, dan 12% dibuang ke halaman. Dalam penanganan air limbah dari industri pariwisata, terdapat 35% hotel berbintang dan 10% hotel melati yang memiliki Sewerage Treatment Plant (STP). Upaya yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Bali, pemerintah Kota Denpasar, dan Pemerintah kabupaten Badung adalah menyediakan prasarana dan sarana sanitasi, khususnya dalam pengelolaan air limbah, salah satunya adalah pembangunan sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site). Pembangunan tersebut dikenal dengan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP). Berdasarkan Perda Kota Denpasar No. 27 Thn. 2011 tentang RTRW Kota Denpasar 2011-2031, sistem pengolahan air limbah kota terdiri dari pengolahan air limbah terpusat (off site), yakni DSDP dan pengolahan air limbah komunal (on site) melalui program sanimas. DSDP bertujuan untuk menghubungkan semua rumah penduduk dan fasilitas pariwisata di Kota Denpasar dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) melalui jaringan pipa air limbah. Adanya DSDP merupakan salah satu upaya untuk mencapai sasaran MDGs, yakni peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi. Pada kajian ini hanya dipusatkan pada sistem pengolahan air limbah secara terpusat (off site system), yakni DSDP.

Dalam sektor air limbah, RTRW Kota Denpasar telah mengatur tentang sistem pengelolaan air limbah kota yang meliputi sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site) skala kota dan sistem pengelolaan air limbah setempat (on site) secara individual.





Pengembangan sistem pembuangan air limbah melalui perpipaan terpusat dilakukan melalui pendayagunaan dan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Suwung di Denpasar Selatan. IPAL tersebut melayani Kawasan Pusat Kota Denpasar, Denpasar Selatan, Kawasan Sanur, serta Kawasan Kuta. Pada kawasan yang tidak terlayani jaringan air limbah perpipaan terpusat skala kota, dikembangkan jaringan air limbah komunal setempat (on site) dalam bentuk program Sanitasi Berbasis masyarakat (Sanimas) yang dikelola masyarakat atau kerjasama dengan pihak lain. 



Pengolahan air limbah terpusat DSDP memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan adanya DSDP, msyarakat tidak perlu lagi menggunakan tanki septik di rumahnya, begitu juga dengan pemilik usaha, seperti hotel dan fasilitas akomodasi pariwisata lainnya, sehingga tidak perlu melakukan pengurasan tanki septik. Dengan demikian, resiko pencemaran tanah dan air tanah dapat dihindari. Prasarana pengolahan air limbah terpusat akan memberikan pelayanan yang lebih mudah dan nyaman bagi masyarakat dan pemilik usaha. Selain itu, air limbah domestik yang biasanya dibuang ke sungai/drainase dapat diolah terlebih dahulu pada IPAL terpusat sehingga efluen air limbah tidak mencemari ekosistem sungai dan laut. Adanya sistem pengolahan terpusat juga dapat membantu dalam memantau kualitas lingkungan secara berkala. Dari segi kesehatan, adanya pengolahan air limbah terpusat dapat mengurangi resiko penyebaran penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi yang buruk. 

Artikel lengkap dapat didownload pada link berikut DSDP dalam Aspek Keruangan dan Ekologi